Rabu, 13 April 2011

A U T I S

Autisme autism spectrum disorder (ASD)
Sumber: http://health.kompas.com/direktori/yourbody/123/Autisme#detail"

DEFINISIAutisme adalah salah satu dari kelompok masalah perkembangan yang serius dan disebut autism spectrum disorder (ASD) yang terjadi pada awal masa kanak-kanak –biasanya sebelum umum 3 tahun. Gejala dan tingkat keparahannya bervariasi, semua autisme mempengaruhi kemampuan anak-anak dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.

Tidak ada penyembuh untuk kondisi autisme ini, perawatan dini dan intensif dapat membuat perubahan besar dalam hidup banyak anak dengan gangguan ini.


GEJALAAnak dengan autisme umumnya memiliki masalah pada tiga area krusial perkembangannya –interaksi social, bahasa dan kebiasaan. Tetapi karena gejala autisme sangat berbeda-beda, dua anak dengan diagnosis yang sama dapat memiliki kebiasaan dan kemampuan yang berbeda. Pada banyak kasus, autisme yang parah ditandai dengan ketidakmampuan secara total untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain.

Beberapa anak menunjukkan gejala autisme pada awal masa pertumbuhannya. Anak lain tumbuh secara normal pada beberapa bulan atau tahun pertama kemudian secara tiba-tiba mengalami kemunduran, menjadi agresif atau hilang kemampuan berbahasa yang telah mereka miliki. Meskipun anak dengan autisme memiliki pola masing-masing yang unik, ada beberapa gejala autisme yang umum, antara lain:

Kemampuan bersosialisasi:
  • Gagal menyebutkan namanya
  • Kontak mata yang sedikit
  • Sering tidak mendengarkan orang yang berbicara kepadanya
  • Tidak mau dipeluk atau digenggam
  • Muncul ketidaksadaran akan perasaan lain
  • Suka bermain sendiri –tenggelam di dalam “dunia”nya
Bahasa
  • Mulai berbicara setelah berusia 2 tahun, dan memiliki penundaan kemampuan dalam 30 bulan
  • Hilang kemampuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk berkata
  • Tidak membuat kontak mata ketika meminta sesuatu
  • Berbicara dengan nada atau ritme yang tidak normal –mungkin menggunakan suara seperti menyanyi atau seperti robot
  • Tidak dapat memulai pembicaraan atau mempertahankan pembicaraan
  • Mungkin mengulang kata atau ucapan, tetapi tidak mengerti bagaimana menggunakannya
Kebiasaan
  • Menunjukkan gerakan yang berulang, seperti berayun, berputar atau bertepuk tangan
  • Menunjukkan ritual atau rutinitas tertentu
  • Bergerak secara konstan
  • Kagum terhadap bagian benda tertentu, seperti roda mobil mainan yang berputar
Anak dengan autisme juga memiliki waktu yang sulit untuk berbagi pengalaman dengan orang lain. Pengembangan kemampuan bersosialisasi di usia dini krusial pada perkembangan berbahasa dan bersosialiasi di kemudian hari.

Setelah dewasa, beberapa anak dengan autisme menjadi lebih akrab dengan orang lain dan menunjukkan sedikit gangguan pada kebiasaannya. Beberapa diantaranya biasanya telah menjadi hidup secara normal atau mendekati normal dengan berakhirnya masalah yang parah saat sebelumnya. Beberapa yang lain memiliki kesulitan pada kemampuan berbahasa atau bersosialisasi, dan usia dewasa dapat berarti memburuknya masalah ini.

Banyak anak dengan autisme lambat untuk meningkatkan kemampuan atau pengalaman baru, dan beberapa memiliki tanda rendahnya kecerdasan. Anak lain dengan autisme normal untuk memiliki kecerdasan tinggi. Anak ini belajar dengan cepat saat memiliki kesulitan berkomunikasi, menerapkan apa yang mereka ketahui dalam hidup setiap hari dan menyesuaikan diri pada situasi sosial. Sejumlah kecil diantara anak dengan autisme adalah “sarjana autistic” dan memiliki kemampuan luar biasa pada hal tertentu yang spesifik, seperti seni, matematika atau musik.


Penyebab & Faktor RisikoPenyebab
Autisme adalah masalah yang kompleks. Dua anak dengan autisme tidaklah serupa. Pada banyak kasus penyebab kondisi ini antara lain:
  • Masalah genetik. Beberapa gen menunjukkan keterkaitan dengan autisme. Beberapa mungkin membuat anak lebih rentan terkena gangguan; mempengaruhi perkembangan otak atau cara sel otak berkomunikasi.
  • Faktor lingkungan. Banyak masalah kesehatan terjadi akibat faktor genetik dan lingkungan. Sebagai contoh para ahli menemukan bahwa infeksi virus dan polusi udara memainkan peran terhadap autisme.
Faktor risiko
Autisme mempengaruhi anak-anak dari semua ras dan bangsa, tetapi faktor tertentu meningkatkan risiko. Antara lain:
  • Anak laki-laki tiga atau empat kali lebih mungkin terkena autisme daripada anak perempuan.
  • Keluarga yang memiliki satu anak dengan autisme mengalami peningkatan risiko memiliki anak lain dengan gangguan ini.
  • Anak dengan kondisi medis tertentu memiliki risiko lebih tinggi mengalami autisme. Kondisi tersebut antara lain fragile X syndrome, faktor keturunan yang menyebabkan masalah kecerdasan, tuberous sclerosis, kondisi dimana tumor jinak terjadi di otak, gangguan neurological Tourette syndrome dan epilepsi yang menyebabkan kejang.
  • Memiliki anak pada usia tua meningkatkan risiko memiliki anak dengan autisme.
Pencegahan
Tidak ada cara untuk mencegah autisme. Autisme dapat dilakukan perawatan dan anak-anak dapat memperbaiki kemampuan berbahasa dan bersosialiasi dengan perawatan tersebut. Jika anak anda didiagnosis dengan autisme, katakan pada dokter anak anda mengenai mengenai membuat strategi perawatan untuk anak anda. Tetap ingat bahwa anda mungkin perlu mencoba beberapa perawatan yang berbeda sebelum menemukan kombinasi terbaik untuk anak anda.

Antibodi Ibu Penyebab Autisme

Sumber: http://www.klikdokter.com/article/detail/844

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh John Hopkins Children’s Investigators ditemukan bahwa ibu dari anak yang menderita autisme memiliki antibodi yang dapat menyebabkan gangguan pada janin ketika di kandungan. Antibodi tersebut dapat melewati plasenta dan menyebabkan perubahan yang mengarah ke autisme. Penelitian lain di Sacramento, California oleh Davis MIND Institute and Center for Children's Environmental Health juga menemukan bahwa antibody di tubuh ibu hamil berikatan dengan sel otak janin, yang kemungkinan besar mengganggu perkembangan otak yang dapat berdampak menjadi autisme.

Autisme sendiri adalah suatu kelainan dengan masalah utama berada di otak dan ditandai dengan gangguan interaksi sosial, gangguan komunikasi dan perilaku berulang, dan 90% penderita tidak diketahui penyebabnya. Genetik, metabolisme, dan faktor lingkungan diperkirakan berhubungan dengan penyebab autisme. Penelitian ini diawali dari didapatkannya suatu kadar antibodi yang tidak biasa pada anak –anak yang menderita autisme dan dari jaringan otak postmortem (sudah meninggal) yang memberikan gambaran kelainan imunitas (kekebalan tubuh) pada area otak. Antibodi adalah protein di dalam tubuh yang berespon terhadap virus dan bakteri atau terkadang pada beberapa kasus kelainan autoimun, antibodi tersebut dapat menyerang sel tubuh sendiri.

Mayoritas dari anak autisme tidak memiliki penyakit autoimun sehingga pertanyaan yang perlu dijawab adalah apakah antibodi yang ditemukan disini merupakan antibodi yang diberikan oleh ibu ketika dalam kandungan yang dapat mengganggu otak janin secara langsung.

Untuk mencoba hipotesis mereka (John Hopkins), maka tim peneliti menggunakan teknik yang dinamakan imunoblotting (teknologi Western Blot) dimana antibodi yang diturunkan dari sampel darah dipaparkan ke jaringan otak dewasa dan janin untuk mengkonfirmasi apakah antibodi tersebut dikenali dan bereaksi dengan protein otak yang spesifik.

Membandingkan interaksi antibodi dan otak pada sampel dari 100 ibu dengan anak autisme dan 100 ibu dengan anak tanpa autisme. Peneliti menemukan suatu reaktivitas yang lebih besar sekitar 40% dari ibu dengan anak autisme. Lebih jauh lagi, keberadaan dari antibodi ibu berkaitan dengan penurunan perkembangan dari anak yang merupakan salah satu tanda dari autisme.

Meskipun penelitian menemukan adanya kaitan antara autisme dengan antibodi pada otak janin, namun penelitian lebih lanjut tetap diperlukan untuk mengkonfirmasi apakan antibodi tersebut dapat melewati plasenta dan menyebabkan kerusakan otak janin.

Fakta dimana wanita hamil dengan antibodi dapat menyebabkan kerusakan otak janin, tidak berarti bahwa wanita tersebut akan selalu memiliki anak dengan kelainan autisme. Autisme sendiri merupakan kondisi kompleks yang disebabkan interaksi antara faktor genetik, imunitas, dan faktor lingkungan.

Peluang Sembuh Penderita Autisme Sudah Terbuka

Sumber: http://www.solusisehat.net/artikel.php?id=614

Jangan mematok gejala autisme hanya pada kontak mata. banyak orangtua terkecoh dan akhirnya menyesal karena mengabaikan gejala-gejala lain. Kini autisme menyeruak satu di setiap 150 batita.

Istilah autisme berasal dari kata "auto" yang berarti berdiri sendiri. Istilah ini diperkenalkan oleh Leo Kramer pada tahun 1943 karena melihat anak autisme memiliki prilaku aneh, terlihat acuh dengan lingkungan dan cenderung menyendiri seakan-akan hidup dalam dunia yang berbeda. Perilaku aneh yang tergolong gangguan perkembangan berat ini terjadi karena adanya kerusakan saraf dibeberapa bagian otak.

Menurut Dr. Rudy sutadi, SpA, spesialis anak dari Pusat Terapi Kid Autis, kerusakan saraf otak ini muncul karena banyak faktor, termasuk masalah genetik dan faktor lingkungan. Autisme terbagi dua. Disebut autisme klasik manakala kerusakan saraf sudah terdapat sejak lahir, karena sewaktu mengandung, ibu terinfeksi virus, seperti rubella, atau terpapar logam berat berbahaya seperti merkuri dan timbal yang berdampak menagacaukan proses pembentukan sel-sel saraf di otak janin.

Jenis kedua disebut autisme regresif. Muncul saat anak berusia antara 12 sampai 24 bulan. Sebelumnya perkembangan anak relatif normal, namun tiba-tiba saat usia anak meninjak 2 tahun kemampuan anak merosot. Yang tadinya sudah bisa membuat kalimat 2 sampai 3 kata berubah diam dan tidak lagi berbicara. Anak terlihat acuh dan tidak mau melakukan kontak mata. Kesimpulan yang beredar di klangan ahli menyebutkan autisme regresif muncul karena anak terkontaminasi langsung oleh faktir pemicu. Yang paling disorot adalah paparan logam berat terutama merkuri dan timbal dari lingkungan.

Sebuah harapan

Dulu penyandang autisme dianggap tidak punya masa depan, sekarang peluang sembuh terbuka lebar. Anak autisme dikatakan sembuh bila mampu mengikuti sekolah reguler, berkembang dan hidup mandiri di tengah masyarakat dengan tidak menunjukkan gejala sisa. kini di luar negeri sudah ada anak autisme yang bersekolah sampai S3, menikah, dan memiliki anak bahkan menjadi pejabat. Kunci kesembuhan anak autisme ada dua, yaitu intervensi terapi perilaku dengan metode ABA dan intervensi biomedis. ABA merupakan singkatan dari Applied Behaviour analysis(ABA). Dipergunakan pertama kali dalam penanganan autisme oleh Lovaas, sehingga disebut dengan metode Lovaas. Metode ini melatih anak berkemampuan bahasa, sosial, akademis, dan kemampuan membantu diri sendiri. Pada tahun 1967, Lovaas sudah membuktikan ABA bisa memperbaiki ketidaknormalan anak autisme dnan tingkat keberhasilan sampai 89 persen. Sedangkan Intervensi biomedis diperlukan untuk membenahi kerusakan sel-sel tubuh akibat keracunan logam berat dan mengusir kendala-kendala yang menghalangi masuknya nutrisi ke otak. Intervensi biomedis menuntut anak untuk menjalani diet tertentu. Jenis makanan yang dipantang bergantung kondisi seberapa parah keracunan yang terjadi. Umumnya anak autisme dilarang mengkonsumsi susu sapi dan makanan mengandung tepung terigu.

Diet Susu Sapi dan Terigu

Susu sapi mengandung protein kasein sedangkan terigu mengandung protein gluten. Menurut Rudy, tubuh anak-anak autis tidak bisa mencerna kasein dan gluten secara sempurna. Uraian senyawa yang tidak sempurna masuk ke pembuluh darah dan sampai ke otak sebagai morfin. Ini terbukti dengan ditemukannya kandungan morfin yang bercirikan kasein dan gluten pada tes urine anak-anak autisme. Keberadaan morfin jelas mempengaruhi kerja otak dan pusat-pusat saraf sehingga anak berprilaku aneh dan sulit berinteraksi dengan lingkungannya. "Makanya anak autisme berprilaku seperti anak morfinis. kadang-kadang saja bisa berinteraksi dengan lingkungannya tapi hanya sementara kemudian ngawur lagi" kata Rudy. Dengan diet kasein dan gluten dapat meminimalkan gangguan morfin dan merangsang kemampuan anak menerima terapi ABA.

Deteksi autisme

Amati gerak balita Anda, sebab gejala autisme muncul pada fase usia 0-3 tahun ada banyak gejala autisme. sekalipun ada kontak mata, jika anak menunjukkan gejala autisme lain, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter saraf anak atau ahli kejiwaan anak untuk memastikan diagnosa autisme. Diagnosa bisa dipercaya bila dokter melakukan test dengan kriteria DSM IV atau ICD-10.

Indikator perilaku autistik pada anak-anak Bahasa dan Komunikasi
  • Ekspresi wajah datar
  • Tidak menggunakan bahasa atau isyarat tubuh
  • Jarang memulai komunikasi
  • Tidak meniru aksi dan suara
  • Bicara sedikit atau tidak ada
  • Mengulangi atau membeo kata-kata, kalimat-kalimat, atau nyanyian
  • Mengucapkan intonasi atau ritme vokal yang aneh
  • Tampak tidak mengerti arti kata. Kalau mengerti dan menggunakan kata secara terbatas
Hubungan dengan orang Tidak responsif
  • Tidak ada senyum sosial
  • Tidak berkomunikasi dengan mata
  • Kontak mata terbatas
  • Tampak asyik bila dibiarkan sendirian
  • Tidak melakukan permainan giliran
  • Menggunakan tangan orang dewasa sebagai alat untuk melakukan sesuatu
Hubungan dengan lingkungan Bermain repetitif atau diulang-ulang
  • Marah dan tidak menghendaki perubahan
  • Berkembangnya rutinitas yang kaku
  • Memperlihatkan ketertarikan yang sangat pada sesuatu dan tidak fleksibel Respon terhadap rangsangan Panik terhadap suara-suara tertentu
  • Sangat sensitif terhadap suara
  • Bermain dengan cahaya dan pantulan
  • Memainkan jari-jari di depan mata
  • Menarik diri ketika disentuh
  • Sangat tidak suka dengan pakaian, makanan, atau hal-hal tertentu
  • Tertarik pada pola, tekstur, atau bau tertentu
  • Sangat inaktif atau hiperaktif
  • Mungkin suka memutar-mutar sesuatu, bermain berputar-putar, membentur-benturkan kepala, atau menggigit pergelangan
  • Melompat-lompat atau mengepak-ngepakan tangan
  • Tahan atau berespon aneh terhadap nyeri
Kesenjangan perkembangan perilaku Kemampuan akan sesuatu mungkin sangat baik atau sangat terlambat
  • Mempelajari keterampilan di luar urutan normal. Misal : membaca tapi tidak mengerti arti
  • Menggambar secara rinci tapi tidak bisa mengancingkan baju
  • Pintar memainkan puzzle tapi amat sukar mengikuti perintah
  • Berjalan pada usia normal, tapi tidak bisa berkomunikasi
  • Lancar membeo bicara, tapi sulit memulai bicara dari diri sendiri (inisiatif komunikasi)
  • Suatu waktu dapat melakukan sesuatu, tapi di lain waktu tidak
Vaksinasi: Manfaat dan Bahaya
Dalam tubuh sekelompok anak autisme di AS yang sebelumnya berkali-kali menjalani imunisasi ditentukan kandungan merkuri di atas kadar normal. Bagaimana merkuri bisamasuk ke dalam tubuh anak? ternyat, beberapa jenis vaksin mengandung pengawet thimerosal. Hampir 50 persen senyawa ini terdiri dari etilmerkuri.
Fakta lain tentang kaitan vaksin dan autismen diungkapkan Andrew Wakefield sekitar tahun 1998. Dokter asal Inggris ini memaparkan pemberian vaksin kombinasi MMR (Measles,Mumps,dan Rubella) untuk mencegah penyakit campak, gondong dan rubella (campak jerman) sekalipun vaksin tersebut tidak mengandung merkuri.
Rudy menjelaskan MMR berisikan tiga viurs, diberikan pada anak dengan harapan anak dapat langsung memiliki tiga natibodi. Pada anak-anak tertentu, kedatangan tiga virus sekaligus menimbulkan reaksi autoimun dimana zat yang seharusnya melindungi malah menyerang tubuh, tepatnya yang serang bagian selubung serabut saraf otak.
Saat ini belum satu pun negara melarang penggunaan vaksin-vaksin tersebut, mengingat keberadaannya diperlukan untuk mencegah wabah penyakit berbahaya di masyarakat luas. Negara maju seperti AS pun baru tahap memerintahkan produsen untuk emnghentikan pembuatan vaksin ber-thoimerosal dan segera memproduksi vaksin bebas merkuri. Stok vaksin bermerkuri masih digunakan. Bila produksi vaksin baru telah mencukupi kebutuhan negaranya, barulah vaksin "bermasalah" ditarik dari peredaran.
karenanya Rudy menyarankan dalam melakukan vaksinasi sebaiknya para orangtua lebih mengutamakan kondisi individu anak. Bila di lingkungan keluarga besar ada yang mengidap autisme, kelainan genetik seperti down syndrown, atau penyakit autoimun seperti lupus dan jantung rematik, anak beresiko mengidap autisme. Tetap berikan imunisasi untuk melindungi anak dari penyakit menular, tetapi lakukan dengan yang cara lebih teliti. Mintalah dokter memberikan vaksinasi measles,mumps,dan rubella dengan jadwal terpisah berjarak sekitar 3 bulan antara satu dengan yang lainnya.

Gejala Autisme Hilang Sesudah Memakai Produk Lebah


Ada khabar gembira bagi orang tua yang anaknya menderita autisme! Perawatan dengan terapi lebah (apitherapy) secara rutin selama kurang lebih 6 bulan, bisa memberikan perkembangan menakjubkan mengatasi autisme.


Kesaksian Rayhan G. Rifqie (Aldo), 5,5 tahun, Yogyakarta

Putera saya, Aldo, lahir di Pontianak pada tahun 2000 melalui operasi caesar. Pada umur 5 bulan, mulai terlihat keanehan pada Aldo. Pandangannya tidak dapat fokus, dan pada waktu mulai berjalan sering membenturkan kepalanya ke dinding, belum dapat berbicara, hiperaktif, dipanggil sering acuh, sering berbicara sendiri yang tidak jelas artinya. Sepertinya ia mempunyai dunianya sendiri.

Pada usia 1.5 tahun, Aldo melakukan test BERA (Brain Evoked Response Audiretry) yaitu test untuk mendeteksi apakah pendengaran anak-anak berfungsi dengan baik di laboratorium RSU. Dr. Sardjito, dan dinyatakan tidak ada gangguan. Sedangkan hasil test EEC menunjukkan adanya gangguan pada syaraf otaknya. Kemudian melakukan tes psikologis tumbuh kembang anak dan dari hasilnya diketahui adanya kecenderungan mengarah ke autisme. Kemudian, dari hasil tes virus, juga diketahui bahwa terdapat virus Rubella +126 pada syaraf di tubuhnya. Selain itu, Aldo juga pernah diimunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella) untuk mencegah campak, gondongan, dan campak Jerman.

Setelah itu, selama 1 minggu, Aldo mengalami panas tinggi, dan ciri-ciri autisnya semakin jelas terlihat, seperti memukul-mukulkan tangan tanpa sebab yang jelas, jalan berjinjit, suka berteriak-teriak, sulit makan, sulit BAB, emosinya tinggi. Pada usia 2 tahun, Aldo mulai bersekolah di TK autis Dian Amanah, dan mulai menggunakan produk-produk X, seperti Honeybee PollenS dan Clover Honey.

Setelah mengkonsumsinya selama 3 hari, konsentrasi belajarnya semakin meningkat dan nafsu makannya semakin membaik. Dan selama kurang lebih 6 bulan mengkonsumsi, banyak perkembangan yang semakin membaik, seperti konsentrasi belajar dan nafsu makan yang membaik, BAB lancar, tingkat hiperaktifnya berkurang, tidak lagi rentan terhadap penyakit radang tenggorokan dan flu, seperti sebelumnya. Enam bulan kemudian, saya menambahkan Propolis untuk dikonsumsi Aldo. Virus dalam tubuhnya pun mulai hilang, bicaranya semakin jelas dan terarah, walaupun masih meniru (Echolalia), ciri-ciri autismenya pun semakin menghilang.

Resep Alami Tanpa Efek Samping untuk Autisme
Seperti Anda lihat pada kesaksian di atas, autisme bisa diatasi dengan pemberian produk terapi lebah, seperti bee pollen, propolis, dan madu murni (Clover Honey). Tidak semua produk madu bisa memiliki efek terapeutik seperti ini karena tergantung dari faktor sumber lebah yang dipakai, proses pabrikasi, dan sebagainya.

Semua produk lebah tadi adalah 100% alami, tidak pahit, dan sangat sederhana pemakaiannya. Tidak perlu dikupas, dipotong-potong, diparut, diperas, direbus, dan lain-lain. Produk-produk ini sudah diproduksi dalam bentuk tablet dan cair yang siap pakai.

Jika Anda tertarik mendapatkan resep alami seperti kesaksian Aldo di atas untuk mengatasi autisme, silahkan klik di sini.

Apapun Gejala dan Penyebab penyakit semuanya bisa Dibantu disembuhkan dengan PROPOLIS Produk yang dihasilkan dari Air Liur LEBAH adalah Tech NANO PROPOLIS atau PROPOLIS GOLD yang paling aman Teruji secara Clinis dan sangat Mujarab menyembuhkan semua penyakit dari penyakit ringan sampai penyakit berat sekalipun, dari penyakit luka luar dan luka dalam tubuh semuanya bisa disembuhkan nya dengan PROPOLIS dan tentunya harus dibarengi dengan keyakinan bahwa baginya yang maha Kuasa semua masalah Penyakit tidak ada yang sulit. PROPOLIS  adalah Anti VIRUS, JAMUR dan BAKTERI bahkan Bisa Menetralkan Racun, PROPOLIS tidak berbahaya Bisa dikonsumsi Semua UMUR,  PROPOLIS tidak ada Efek samping karena tidak mengandung Bahan Kimia atau Alkohol dan tidak ada Kadaluarsanya, Baca semua Kesaksian2 yang sudah disembuhkan dengan PROPOLIS

KLIK JOIN ANDA KAMI ARAHKAN KE WEBSITE PERUSAHAAN http://www.2d-net.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar