Tips Mencegah Sinusitis

Bila anda sering mengeluh merasa sakit kepala dan tidak sembuh-sembuh juga kendati sudah minum obat anti sakit kepala. Mungkin anda terserang sinusitis, yakni peradangan yang terjadi di daerah sinus. Lalu, bagaimana mencegah dan mengatasinya?
Sinus sendiri merupakan rongga kosong dalam tulang tengkorak kepala (pada daerah sekitar hidung) yang berisi udara. Ada beberapa sinus yang terdapat dalam tengkorak kepala yaitu: sinus maksilaris (di daerah tulang pipi) ; sinus frontalis (di daerah dekat alis mata); sinus etmoidalis (di daerah antara dua mata); dan sinus sfenoidalis (di belakang sinus etmoidalis). Sinus menjadikan tulang tengkorak kepala menjadi ringan (bayangkan bila seluruh kepala kita terdiri dari tulang padat tanpa ada rongga) dan juga berfungsi untuk resonansi suara
.
Peradangan pada sinus seringkali disebabkan oleh infeksi, baik infeksi virus maupun bakteri. Selain itu, faktor alergi juga memegang peranan penting dalam terjadinya sinusitis ini. Baik infeksi maupun alergi menyebabkan cairan pada sinus tidak dapat dialirkan secara baik sehingga bakteri/virus dapat tumbuh dan berkembang dalam sinus. Terjadilah sinusitis dengan berbagai gejalanya.
Sinusitis dapat menimbulkan berbagai tanda dan gejala mulai dari sangat ringan sampai berat. Sakit kepala berulang seringkali dihubungkan dengan sinusitis, kendati masih belum pasti.
Berbagai gejala dan tanda klinis yang harus diwaspadai seperti:
- Panas tinggi (lebih dari 39 derajat Celcius)
- Sakit kepala (khususnya saat bangun tidur)
- Pembengkakan di sekitar mata
- Rasa nyeri tumpul di sekitar mata
- Pilek dengan batuk sepanjang hari yang tidak sembuh-sembuh
- Batuk kering yang tidak sembuh-sembuh
- Rasa nyeri di bawah tulang pipi h. Nyeri di gigi atas
- Nafas berbau tidak sedap
Pengobatan sinusitis tergantung dari penyebabnya. Sinusitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri memerlukan terapi antibiotika, sedangkan yang disebabkan oleh infeksi virus atau alergi tentu saja tidak. Bila dokter memberikan terapi antibiotika, habiskan sesuai anjuran. Jangan sekali-kali menghentikan sendiri penggunaan antibiotika walaupun anda merasa sudah sehat. Minumlah sesuai dosis yang ditentukan oleh dokter.
Selain antibiotika, obat golongan dekongestan juga digunakan untuk semua jenis sinusitis. Untuk sinusitis yang disebabkan oleh faktor alergi, dokter juga akan memberikan obat golongan anti alergi. Untuk meringankan rasa sakit dan panas tubuh, obat-obat golongan analgetik antipiretik seperti pasatemol, ibuprofen maupun metamizole seringkali diberikan oleh dokter.
Dalam mengkonsumsi obat, tentu saja kita harus tetap berhati-hati dengan kemungkinan terjadinya alergi obat. Bila terjadi alergi, segera kembali ke dokter Anda untuk memperoleh penanganan yang tepat. Jangan menghentikan pemakaian obat secara sembarangan, walaupun mungkin Anda merasa sudah lebih baik.
Bagaimana cara mencegahnya?
Yang paling mudah, jangan sampai terkena infeksi saluran nafas. Rajin-rajin cuci tangan karena tindakan sederhana ini terbukti efektif dalam mengurangi risiko tertular penyakit saluran pernafasan. Selain itu, sedapat mungkin menghindari kontak erat dengan mereka yang sedang terkena batuk pilek.
Bila anda memakai AC, sering-seringlah membersihkan penyaringnya agar debu, jamur dan berbagai substansi yang mungkin dapat mencetuskan alergi dapat dikurangi (walau tak mungkin dihilangkan seluruhnya). Demikian juga dengan karpet dan sofa.
Tingkatkan daya tahan tubuh dengan cukup istirahat dan konsumsi makanan dan minuman yang memiliki nilai nutrisi baik. Selain itu, jangan lupa untuk minum air dalam jumlah yang cukup. Kegiatan minum ini seringkali dilupakan orang padahal air yang sehat merupakan salah satu sumber utama kesehatan tubuh kita.
Berolahraga yang teratur, khususnya setelah waktu subuh di mana udara pagi saat itu masih jernih dan bersih. Perbanyak menghirup udara bersih, dengan cara menghirup dan mengeluarkannya perlahan-lahan. Hal ini sangat bermanfaat selain untuk menguatkan paru-paru juga untuk mengisi daerah sinus dengan oksigen. Sehingga daerah-daerah sinus menjadi lebih bersih dan kebal terhadap berbagai infeksi dan bakteri.
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah segera kunjungi dokter bila terdapat gejala-gejala yang mungkin merupakan gejala sinusitis. Diagnosa dan pengobatan secara dini dan tepat akan mempercepat kesembuhan penyakit yang diderita.
Infeksi Gigi Berisiko Sinusitis
.jpg)
Jangan abaikan gigi berlubang, terutama gigi bagian atas. Anjuran begitu bukan tanpa alasan. Kita memang dianjurkan segera ke dokter bila gigi berlubang untuk menjalani perawatan. Sebab, jika tidak, infeksi bisa meluas hingga menyerang organ tubuh lain.
''Salah satunya bisa menyerang sinus. Akibatnya, pasien menderita sinusitis maksilaris, yakni radang pada rongga sinus yang letaknya di pipi,'' kata drg Roberto Simandjuntak MS SpBM. Dikatakannya, sinusitis bisa disebabkan komplikasi lelainan di dalam rongga hidung (rinogen). Penyebab lain adalah komplikasi kelainan gigi (dentogen).
Menurut Roberto, tak semua gigi berlubang mengakibatkan sinusitis maksilaris. Hanya gigi keempat dan seterusnya (ke arah geraham) bagian atas yang berpotensi. ''Sebab, ujung akar giginya dekat sekali dengan saluran sinus. Karena itu, kalau gigi terinfeksi, ada kemungkinan infeksinya meluas hingga ke sinus maksilaris,'' terang spesialis bedah mulut Siloam Hospital Surabaya tersebut.
Gigi pertama hingga ketiga (bagian atas) tak akan menyebabkan sinusitis maksilaris meski berlubang dan infeksinya meluas. Demikian pula halnya dengan gigi bagian bawah. Meski gigi geraham meradang, infeksinya tak akan meluas hingga ke sinus.
Gejalanya? Roberto mengatakan, tak ada perbedaan dengan sinusitis maksilaris pada umumnya. Yakni, flu tak kunjung sembuh., hidung terasa buntu di bagian yang sakit. Tak jarang kondisi tersebut disertai sakit kepala dan adanya peradangan pada gigi.
''Pasien mungkin cerita sering pilek, hidung sisi kanan buntu, dan gigi di sisi kanan infeksi,'' ungkapnya. Dalam kondisi begitu, dokter gigi bisa langsung curiga bahwa pasien mengalami sinusitis maksilaris dan minta pasien segera berkonsultasi ke dokter THT-KL untuk menegakkan diagnosis.
Meski begitu, staf pengajar FKG Unair itu mengatakan, ada juga pasien yang tak mau berkonsultasi ke dokter THT-KL. Sebab, setelah giginya yang infeksi dicabut, keluhan sinusitis berangsur-angsur berhenti. ''Karena sumber infeksinya sudah diobati. Nanah yang membuntu sinus bisa hilang dengan mekanisme tubuh,'' terangnya.
Namun, Roberto mengingatkan, gigi yang rusak tak harus dicabut. Indikasi gigi dicabut bila akar gigi mengecil dan rusak disertai infeksi meluas. ''Kalau akar gigi tidak rusak berat, dokter gigi hanya akan melakukan perawatan,'' lanjutnya.
Mana yang harus diterapi lebih dulu, gigi yang rusak atau sinusitisnya? Roberto mengatakan, bergantung pada keluhan pasien. Jika keluhan pasien lebih banyak ke sinusitisnya, bagian itulah yang diobati lebih dulu. Perawatan gigi bisa belakangan. ''Atau, bisa juga diterapi bersamaan. Ketika dokter THT-KL mengoperasi sinusitisnya, pasien bisa ke dokter gigi agar gigi yang rusak dicabut,'' jelasnya.
Bila infeksi gigi bisa meluas ke sinus, bisakah terjadi proses sebaliknya? Maksudnya, sinusitis maksilaris menyebabkan infeksi gigi? Menurut dr Dendy Hamdali SpTHT-KL, hal itu tidak terjadi. "Infeksi gigi bisa meluas hingga menyerang sinus maksilaris. Tapi, itu tidak berlaku sebaliknya,'' kata dokter spesialis telinga hidung tenggorok-kepala leher Siloam Hospital Surabaya itu.
Menurut dia, sinus merupakan daerah yang bersih. Jadi, kemungkinan terinfeksi sesuatu dari luar sangat kecil. Andai sinus terinfeksi pun, infeksi itu tak akan menjalar ke gigi.
Untuk menegakkan diagnosis sinusitis maksilaris, kata Dendy, pasien sebaiknya menjalani pemeriksaan foto rontgen. ''Hasil foto biasanya menggambarkan perselubungan atau penebalan lapisan lendir dinding sinus,'' kata Dendy. Hasil pemeriksaan itulah yang menentukan tahap pengobatannya.
Sinus sembuh dengan Propolis

–Kamaruddin Hadi–(Engineering’s Consultan- Balikpapan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar